Rahasia Hari Senin (2) dibalik Tujuh Nama Hari

Gambar : ilustrasi (dok.net)

Keenam, perginya Nabi Musa karena tatakrama (adab). Ini dilakukan ketika ia pergi untuk mencari Nabi Khaidir alaihissalam di tempat pertemuan dua lautan. Surat al-Kahfi ayat 60 :


وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِفَتٰىهُ لَآ اَبْرَحُ حَتّٰٓى اَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ اَوْ اَمْضِيَ حُقُبًا

Bacaan Lainnya

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun“.

Ketujuh, perginya Nabi Musa karena gembira. Ini dilakukan ketika ia pergi ke gunung Thursina untuk bermunajat kepada Tuhannya, Allah SWT. Surat al-A’raf ayat 143 :


وَلَمَّا جَاۤءَ مُوْسٰى لِمِيْقَاتِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗۙ قَالَ رَبِّ اَرِنِيْٓ اَنْظُرْ اِلَيْكَۗ قَالَ لَنْ تَرٰىنِيْ وَلٰكِنِ انْظُرْ اِلَى الْجَبَلِ فَاِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهٗ فَسَوْفَ تَرٰىنِيْۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلْجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوْسٰى صَعِقًاۚ فَلَمَّآ اَفَاقَ قَالَ سُبْحٰنَكَ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُؤْمِنِيْنَ

“Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” (Allah) berfirman, “Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman“.

Demikian juga dalil atas keagungan kepergian Nabi Muhammad SAW juga disebutkan oleh Allah SWT sebagaimana menyebutkan mi’rajnya Nabi Musa as.
Dalam mi’rajnya Nabi Muhammad SAW Allah berfirman dalam surat al-Isra’ ayat 1 :


سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat”.

Dengan sendiri, Nabi Musa as diperjalankan oleh Tuhannya. Ia datang ke gunung Thursina disertai 70 orang sahabatnya. Sedangkan Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan agungnya bersama Buraq turun di Baitul Maqdis, lalu Mi’raj ke langit sampai ke Sidratul Muntaha hingga sampai ke tempat yang tertinggi.

Adapun perbedaan mi’raj Nabi Musa as dengan Nabi Muhammad SAW :


Nabi Musa as mi’rajnya di atas gunung Thursina, sedangkan mi’rajnya Nabi Muhammad SAW di atas hamparan cahaya. Sebagaimana firman-Nya pada surat Thoha ayat 83 :

Pos terkait