Oleh : Warsidi., S.E., M.M
TOPIKKITA.COM | BEKASI – Kabupaten Bekasi yang kini menapaki usia ke -75 tahun, telah menjelma menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi paling signifikan di Pulau Jawa. Kawasan industri yang tersebar di beberapa wilayah bukan hanya menjadi simbol modernisasi infrastruktur, tetapi juga menjadi tumpuan ribuan tenaga kerja dari berbagai penjuru negeri. Keberadaan lebih dari 7.000 perusahaan nasional dan multinasional telah menempatkan Bekasi sebagai lokomotif industri manufaktur nasional sekaligus penyumbang utama Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat.
Capaian ini tentu patut diapresiasi, karena menunjukkan kapasitas daerah dalam menarik investasi dan memperkuat struktur ekonomi lokal. Namun, di balik pencapaian-pencapaian tersebut, mengemuka pertanyaan mendasar yang layak direnungkan bersama: apakah pembangunan sumber daya manusia (SDM) telah bergerak seiring dengan geliat pembangunan fisik dan ekonomi? Apakah kualitas dan daya saing SDM di Kabupaten Bekasi mampu menjawab tuntutan industri yang semakin kompleks dan dinamis? Dan lebih jauh lagi, apakah sistem manajemen SDM daerah sudah cukup kuat untuk menopang cita-cita jangka panjang menuju Bekasi yang benar-benar Bangkit, Maju, dan Sejahtera?
Tantangan ini semakin relevan ketika kita menyadari bahwa keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dari banyaknya kawasan industri yang berdiri atau tingginya angka pertumbuhan ekonomi, melainkan dari sejauh mana manusia sebagai subjek pembangunan dapat tumbuh, berkembang, dan berkontribusi secara berkelanjutan. Dalam konteks itulah, manajemen SDM menjadi pilar utama yang perlu dikaji, diperkuat, dan diletakkan sebagai pusat strategi pembangunan jangka panjang Kabupaten Bekasi.
Talenta Lokal : Daya Saing Yang Masih Tertinggal
Saat ini, Kabupaten Bekasi menjadi rumah bagi lebih dari 3,2 juta jiwa yang tersebar di kawasan perkotaan, pinggiran industri, hingga wilayah pedesaan yang masih berkembang. Setiap tahunnya, arus migrasi masuk ke wilayah ini terus meningkat, didorong oleh daya tarik kawasan industri yang menjanjikan lapangan kerja. Bekasi telah menjadi salah satu episentrum migrasi tenaga kerja, baik dari wilayah Jawa Barat sendiri maupun dari provinsi lain, menjadikannya ruang hidup yang dinamis sekaligus penuh tantangan.
Fenomena ini menciptakan kompleksitas sosial yang tidak bisa diabaikan. Pertumbuhan ekonomi memang telah membuka peluang ekonomi baru, namun tidak semua warga lokal mampu mengakses peluang tersebut secara merata. Masih terjadi kesenjangan antara kompetensi tenaga kerja dengan kebutuhan industri yang terus berkembang. Pendidikan dan pelatihan vokasi belum sepenuhnya menjawab tantangan keterampilan masa kini, sementara sebagian masyarakat menghadapi keterbatasan akses terhadap pengembangan diri dan peningkatan kapasitas kerja secara berkelanjutan. Akibatnya, daerah ini berisiko menjadi ladang industrialisasi tanpa transformasi sosial yang setara.
Di sisi lain, tantangan tidak hanya hadir di masyarakat umum. Pemerintah daerah pun menghadapi persoalan internal yang cukup pelik, terutama dalam pengelolaan sumber daya manusia di sektor aparatur sipil negara (ASN). Perubahan sistem menuju birokrasi digital yang adaptif masih berjalan tertatih. Sebagian besar unit kerja masih berorientasi administratif-konvensional, belum sepenuhnya siap untuk mengadopsi pendekatan manajemen berbasis kinerja, teknologi, dan pelayanan berbasis data. Hal ini diperburuk oleh lemahnya sistem pengembangan kompetensi dan absennya mekanisme insentif yang mendukung inovasi ASN.
Di tengah kompleksitas ini, koordinasi lintas sektor yang seharusnya menjadi kekuatan justru belum berjalan optimal. Kolaborasi antara pemerintah daerah, pelaku usaha, lembaga pendidikan, serta masyarakat sipil cenderung berjalan sektoral, belum terbentuk menjadi ekosistem SDM yang terintegrasi. Padahal, sinergi antar pemangku kepentingan sangat diperlukan untuk memastikan bahwa pembangunan SDM di Kabupaten Bekasi tidak hanya menjadi agenda sektoral, tetapi menjadi prioritas strategis lintas bidang dan lintas generasi.
SDM Sebagai Pilar Pembangunan
Selama tujuh dekade terakhir, fokus pembangunan daerah umumnya bertumpu pada fisik dan infrastruktur. Jalan, jembatan, kawasan industri, dan pusat layanan publik tumbuh pesat. Namun jika Bekasi ingin benar-benar maju dan sejahtera, maka investasi terbesar di masa depan tidak hanya pada beton, tetapi pada manusia.
Manajemen SDM daerah bukan sekadar administrasi kepegawaian, melainkan soal membentuk talenta unggul dan organisasi publik yang baik. Kabupaten Bekasi memerlukan strategi pengembangan SDM yang proaktif: mulai dari perencanaan talenta, pelatihan berbasis kebutuhan lokal, hingga integrasi teknologi dalam sistem birokrasi.
Upaya ini tentu tidak bisa berjalan sendiri. Dibutuhkan triple helix kolaborasi antara pemerintah, sektor industri, dan perguruan tinggi untuk merancang sistem penguatan SDM berbasis kebutuhan nyata, bukan sekadar normatif administratif.
Bangkit, Maju, Sejahtera: Bukan Sekadar Slogan
Tagline peringatan HUT ke-75 Kabupaten Bekasi, “Bangkit, Maju, Sejahtera”, bukan sekadar rangkaian kata-kata inspiratif, melainkan cerminan dari harapan kolektif masyarakat akan arah masa depan daerah yang lebih manusiawi, adaptif, dan berkelanjutan. Ketika dikaitkan dengan konteks pengembangan sumber daya manusia (SDM), makna dari setiap kata dalam tagline ini menjadi semakin penting untuk ditafsirkan secara strategis.
“Bangkit” menandai perlunya membangun kesadaran baru bahwa manusia adalah pusat dari seluruh proses pembangunan. Ini mencakup transformasi cara pandang pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam melihat SDM, tidak lagi hanya sebagai pelaksana kebijakan, tetapi sebagai agen perubahan yang harus diberdayakan secara berkelanjutan. Bangkit juga mencerminkan komitmen untuk mereformasi budaya kerja yang kerap stagnan, menuju pola kerja yang kolaboratif, inovatif, dan berorientasi pada hasil.
“Maju” berbicara tentang kesiapan menghadapi era baru yang ditandai oleh revolusi teknologi, disrupsi digital, serta kompetisi global yang makin intensif. Dalam konteks ini, SDM harus dibekali dengan keterampilan abad ke-21, seperti literasi digital, kemampuan berpikir kritis, dan kecakapan berinovasi. Maju berarti membangun sistem manajemen SDM yang tidak hanya administratif, tetapi berbasis data, teknologi, dan kinerja. Artinya, birokrasi daerah pun harus turut mengalami akselerasi digital untuk menjadi birokrasi yang cerdas dan responsif terhadap perubahan zaman.
“Sejahtera”, pada akhirnya, adalah tujuan akhir dari proses pembangunan SDM yang menyeluruh. Sejahtera tidak sekadar dimaknai sebagai peningkatan pendapatan atau kesejahteraan material, tetapi juga sebagai terciptanya keadilan sosial, inklusi pembangunan, dan kesempatan yang merata bagi semua warga untuk berkembang. SDM yang unggul dan memiliki akses terhadap pendidikan, pelatihan, serta lingkungan kerja yang layak akan menjadi modal sosial yang kuat untuk menciptakan kesejahteraan jangka panjang.
Namun, semua makna luhur tersebut tidak akan terwujud tanpa kesungguhan dalam membangun sistem manajemen SDM yang terarah, terukur, dan progresif. Tanpa SDM yang berdaya, sistematis, dan adaptif, semangat Bangkit, Maju, Sejahtera akan berhenti sebagai slogan seremonial yang tidak berdampak nyata. Oleh karena itu, inilah saatnya bagi Kabupaten Bekasi untuk menempatkan pembangunan manusia sebagai prioritas utama dalam setiap rencana, program, dan kebijakan karena dari manusialah peradaban dibangun.
Menatap Masa Depan: SDM sebagai Pusat Peradaban Bekasi
Usia 75 tahun bukan sekadar angka, melainkan momentum penting untuk merefleksikan capaian dan menyiapkan lompatan ke masa depan. Kabupaten Bekasi kini berdiri di persimpangan sejarah antara melanjutkan pertumbuhan ekonomi berbasis fisik, atau menata ulang arah pembangunan yang berpusat pada manusia. Pertanyaan besar kita hari ini bukan lagi sekadar “berapa banyak kawasan industri yang dibangun”, tetapi “sejauh mana manusia yang lahir dan tumbuh di Bekasi mampu menjadi aktor utama dalam pembangunan itu sendiri”.
Masa depan Bekasi tidak akan ditentukan oleh deretan pabrik, gedung pencakar langit, atau nilai investasi yang spektakuler. Semua itu penting, tetapi tidak cukup. Yang akan menentukan arah Kabupaten Bekasi adalah sejauh mana kualitas manusianya generasi yang berpikir kritis, berinovasi tanpa henti, berintegritas, dan mampu melayani dengan hati. Itulah SDM yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan yang tangguh, ekonomi yang berkelanjutan, dan masyarakat yang berdaya.
Sudah saatnya perencanaan pembangunan menjadikan SDM sebagai poros utama, bukan sekadar pelengkap. Kebijakan yang baik lahir dari aparatur yang terlatih dan berpandangan jauh ke depan. Ekonomi yang sehat tumbuh dari masyarakat yang terampil dan produktif. Dan keadilan sosial hanya bisa terwujud jika seluruh warga diberi ruang untuk berkembang sesuai potensinya.
Jika Kabupaten Bekasi ingin benar-benar menjadi daerah yang Bangkit, Maju, dan Sejahtera, maka letakkanlah manusia (warganya sendiri) di pusat dari semua upaya itu. Karena hanya dari manusialah kekuatan sejati pembangunan berasal, dan hanya melalui investasi pada SDM-lah warisan terbaik bagi generasi mendatang bisa ditinggalkan.
Penulis: Warsidi., S.E., M.M
Dosen UPN Veteran Jakarta, Sekretaris LP Maarif NU Kabupaten Bekasi